This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 24 Maret 2016

Matematika = “Mati-Mati Aka” ?


Matematika?? Suatu ilmu yang mempelajari tentang angka, logika, sistematika, abstraksi, pencacahan, hitungan, aljabar, analisis, kombinatorik, dan lainya. Ya, itulah sebagian cakupan ilmu yang ada dalam matematika. Tak sedikit masyarakat berpendapat bahwa matematika itu mudah, enak, dan menyenangkan. Tak sedikit pula yang membenci satu bidang yang sangat istemewa ini. Bahkan tak sedikit juga orang yang sukses menempuh pekerjaan sesuai latar belakangnya di pendidikan matematika. Dan tak sedikit pula orang yang mendapatkan prestise dari ilmu ini.
Masyarakat minangkabau sendiri mayoritas (umur >20 tahun) berfikiran bahwa matematika itu berasal dari kata “mati mati aka”, mati berarti mati, aka berarti fikiran. Jadi jika dianalogikan matematika itu adalah ilmu yang membuat otak dan fikiran bekerja secara keras atau ilmu yang sukar dipahami sehingga membuat mumet kepala. Akibatnya banyak diantara mereka yang beranggapan bahwa matematika itu bagaikan “monster”, suatu yang ditakutkan dan dihindari.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa berabad abad tahun sudah ilmu ini selalu digunakan dalam kehidupan sehari hari. Banyak masalah yang dapat diselesaikan dan dengan ilmu ini. Teringat cerita akan seorang fir’aun yang penasaran dengan ketinggian dari suatu piramida. Seorang ahli matematika pada saat itu katakan bernama a,  mampu mengetahui ketinggian suatu piramid bukan dari mengukurnya dengan meteran tapi dengan bayangan. Dia melihat bayangan temanya sama panjang dengan tinggi nya sendiri. Dari sini a dapat menganalogikan hal yang sama. Dengan melihat bayangan piramid lalu mengukurnya. Akhirnya a pun dapat menjawab rasa penasaran sang raja fir’aun. Begitupun dengan kisah buah apel yang jatuh dari pohonya yang dialami oleh sir issac newton. Dari peristiwa sederhana saja, dia memodelkanya dalam bahasa matematika hingga akhirnya menjadi terkenal dan bahkan sampai saat ini penemuan gravitasi itu selalu digunakan dalam kehidupan. Dan lebih menakjubkan lagi, seorang Al-farisi yang merupakan ilmuwan matematika mampu memberikan penjelasan yang valid mengenaai tata warna pelangi primer dan sekunder berdasarkan gabungan ilmu matematika dan fisika.
Begitulah menakjubkanya matematika. Kisah diatas hanya segelintir kisah luar biasa yang dialami oleh orang-orang yang dulunya juga biasa saja, namun bisa menjadi luar biasa berkat ilmu sederhana yang katanya sebagai “language of science”.
Karena kekaguman itulah muncul ketertarikan untuk lebih mendalami ilmu ini. Ketika sma yang terlintas di fikiran adalah menjadi seorang diplomat, atau terlibat dalam organisasi internasional. Namun niat itu menjadi sirna dikarenakan hasil pengumuman undangan waktu itu adalah saya lulus di matematika ugm. Memang jalan nya disini,, yang awalnya diawali dengan kekaguman terhadap ilmuan dan penemuanya, sekarang diberikan waktu spesial oleh allah swt untuk mendalami ilmu ini lebih detail lagi. Mungkin faktor nama juga berpengaruh terhadap studi saya saat ini. Sehingga sering orang bertanya, “mengapa kamu mau kuliah di matematika?”. Mungkin karena nama ku “atika”yang merupakan subset dari “matem_atika”. Hemmmm… #mekso haha.

Saat ini hampir 5 tahun sudah studi ini saya tekuni. Dan sekarang masih bergelut dengan skripsi yang super duber membutuhkan usaha dan pemahan yang luar biasa. Dari awal menekuni bidang ini banyak hal yang  telah saya dapatkan, mulai dari mengasah kemampuan analisa, kritis, sistematis, logis, dan realistis. Namun sangat disayangkan sekali, sampai saat ini saya masih mencari tau arah dan tujuan mau kemana akan  dibawa ilmu yang sangat spesialdan luar biasa ini. Saya setuju dengan masyarakat minang yang mayoritas mengungkapkan bahwa matematika adalah “mati-mati aka”. Makna dibalik kata itu memang saya rasakan saat ini. Menempuh studi di matematika membutuhkan usaha yang keras, perjuangan, tekad, dan doa. Berharap diwaktu yang tersisa ini saya mampu untuk menemukan kunci itu, sehingga ketika usai studi nanti saya dapat membuka pintu kehidupan yang nantinya ilmu yang saya geluti akan bermanfaat bagi masyarakat. Amin ya Rabbal Alamin..